Wednesday, December 31, 2008
Saturday, December 27, 2008
Thursday, December 18, 2008
Monday, December 15, 2008
Friday, November 14, 2008
Sunday, November 09, 2008
Sunday, November 02, 2008
Monday, October 13, 2008
Tuesday, September 23, 2008
Monday, September 15, 2008
Tuesday, September 09, 2008
Sunday, September 07, 2008
Sunday, August 03, 2008
Tuesday, May 27, 2008
Wednesday, May 14, 2008
Kreativitas Tanpa Batas
Rumah Baca Anak Kuartet
Majalah Percikan Iman, Edisi Bulan MEI 2008
Bukan hanya sekedar kegiatan membaca. Rumah baca yang berlokasi di Cibubur-Jakarta Timur ini juga memfasilitasi para pengunjungnya untuk bisa berkarya dan terus mencari sesuatu yang baru.
Di sebuah ruangan penuh koleksi pustaka, nampak sekelompok anak-anak kampung tengah berkumpul. Disana, anak-anak tidak sedang bermain Play Station (PS). Mereka, yang sebagian besar pelajar itu serius membaca buku. Lainnya, ada juga yang telaten merangkai temali untuk membuat gelang, menggambar tokoh kartun idolanya dengan crayon dan riang bersama dengan mainan edukasinya.
Uniknya, di Rumah Baca Kuartet tidak ada penjaga tetap yang mengawasi sirkulasi peminjaman buku. Soalnya, di sini semua pengunjung adalah penjaga. Mereka yang kerap mampir, sebelumnya ditanamkan rasa memiliki. Jadinya, rasa tanggung jawab untuk merawat buku-buku koleksi yang ada sudah terpatri dalam diri masing-masing pemakai.
Tentang Misi Kuartet
Mulanya, Rumah Baca yang berlokasi di Jl. Taruna Jaya, Gg.Karya Bakti ini terwujud dari minat dan kecintaan para pendirinya dengan dunia literasi. Minimnya minat baca dan mahalnya harga buku-buku bacaan melatari untuk menyegerakan dibuatnya sarana yang bisa mengatasi semua itu. Diberi nama Kuartet, sebab Edi Dimyati, Gunawan, Sigit dan kawan-kawan lain yang membantunya mempunyai 4 misi yang sama. Pertama, Kuartet ingin dijadikan wadah interaksi tempat bertemunya para pencinta buku.
Dalam perjalananya, masyarakat setempat sudah banyak merasakan dampak yang telah diberikan oleh rumah baca Kuartet. Anak-anak menjadi lebih percaya diri, lebih berani tampil dan lebih kreatif.
Memang, perjalanan masih panjang. Masih banyak yang perlu kita ketahui lagi dari kekayaan pengetahuan di dunia ini. Seiring dengan rasa keinginantahuan anak-anak yang semakin tinggi. Bertanya dan mencari tahu sesuatu yang aneh di sekitarnya.
(foto-foto: bowo & dokumentasi kuartet)
Tuesday, April 29, 2008
Taman Bacaan Kurang Optimal; Anggaran Rp 41 Miliar dalam APBN Dipotong Separuhnya
Padahal, taman bacaan masyarakat berpotensi memberdayakan komunitas. Berawal dari upaya memperkenalkan bacaan ke masyarakat sekitarnya, taman bacaan dapat berkembang menjadi wadah aktivitas di komunitas.
Seperti diwartakan sebelumnya, penyediaan bantuan pengembangan perpustakaan dan minat baca di daerah yang semula dianggarkan sekitar Rp 41 miliar kini terpotong separuhnya. Dana tersebut untuk bantuan rintisan dan penguatan taman bacaan masyarakat di 33 provinsi dengan target awal sekitar 2.250 lembaga. Adapun anggaran pengadaan sebanyak 143 taman bacaan masyarakat layanan khusus bersifat mobile atau bergerak tidak jadi dilaksanakan lantaran anggarannya sebesar Rp 46 miliar terpangkas seluruhnya.
Hari Buku Dunia
Dalam peringatan World Book Day atau Hari Buku Dunia 2008 yang dibuka pada Rabu (23/4), sejumlah taman bacaan masyarakat ikut ambil bagian dalam memperkenalkan arti penting membaca dan kehadiran taman bacaan masyarakat. Perayaan Hari Buku Dunia berpusat di Museum Bank Mandiri, Kota, Jakarta, dan akan berlangsung pada 23-27 April 2008.
Pendiri taman bacaan masyarakat Arjasari yang berlokasi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Agus Munawar, mengatakan, kendala pendanaan menjadi persoalan umum bagi taman bacaan masyarakat. Pendiri taman bacaan umumnya membangun taman bacaan masyarakat dengan dana swadaya. ”Kami biasanya berburu ke tempat penjualan buku murah atau ke penerbit,” ujarnya.
Menurut Agus, minat baca masyarakat sebetulnya tinggi. Hanya saja, tidak semua orang sanggup membeli buku yang saat ini harganya masih terbilang mahal.
Hal senada diungkapkan pendiri taman bacaan Mutiara Ilmu, Kabupaten Bekasi, Soimah. Untuk mengelola taman bacaannya, dia mengeluarkan dana pribadi. ”Saya tidak menyesal mengeluarkan dana sendiri, yang penting taman bacaannya berjalan,” ujarnya.
Edi Dimyati, salah satu pendiri taman bacaan Kuartet Cibubur, Jakarta Timur, mengatakan, taman bacaannya tidak sekadar menjadi tempat membaca. Setiap akhir pekan diselenggarakan kegiatan yang bersifat edukatif, seperti permainan, menggambar, menonton film edukatif, dan berkunjung ke museum. (INE) - 24 April 2008