Tuesday, April 29, 2008

Taman Bacaan Kurang Optimal; Anggaran Rp 41 Miliar dalam APBN Dipotong Separuhnya

Jakarta, Kompas - Taman bacaan masyarakat yang ada selama ini masih kurang optimal dikembangkan. Belakangan, anggaran pengembangan taman bacaan masyarakat juga terpangkas seiring dengan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2008.

Padahal, taman bacaan masyarakat berpotensi memberdayakan komunitas. Berawal dari upaya memperkenalkan bacaan ke masyarakat sekitarnya, taman bacaan dapat berkembang menjadi wadah aktivitas di komunitas.

Seperti diwartakan sebelumnya, penyediaan bantuan pengembangan perpustakaan dan minat baca di daerah yang semula dianggarkan sekitar Rp 41 miliar kini terpotong separuhnya. Dana tersebut untuk bantuan rintisan dan penguatan taman bacaan masyarakat di 33 provinsi dengan target awal sekitar 2.250 lembaga. Adapun anggaran pengadaan sebanyak 143 taman bacaan masyarakat layanan khusus bersifat mobile atau bergerak tidak jadi dilaksanakan lantaran anggarannya sebesar Rp 46 miliar terpangkas seluruhnya.

Hari Buku Dunia

Dalam peringatan World Book Day atau Hari Buku Dunia 2008 yang dibuka pada Rabu (23/4), sejumlah taman bacaan masyarakat ikut ambil bagian dalam memperkenalkan arti penting membaca dan kehadiran taman bacaan masyarakat. Perayaan Hari Buku Dunia berpusat di Museum Bank Mandiri, Kota, Jakarta, dan akan berlangsung pada 23-27 April 2008.

Pendiri taman bacaan masyarakat Arjasari yang berlokasi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Agus Munawar, mengatakan, kendala pendanaan menjadi persoalan umum bagi taman bacaan masyarakat. Pendiri taman bacaan umumnya membangun taman bacaan masyarakat dengan dana swadaya. ”Kami biasanya berburu ke tempat penjualan buku murah atau ke penerbit,” ujarnya.

Menurut Agus, minat baca masyarakat sebetulnya tinggi. Hanya saja, tidak semua orang sanggup membeli buku yang saat ini harganya masih terbilang mahal.

Hal senada diungkapkan pendiri taman bacaan Mutiara Ilmu, Kabupaten Bekasi, Soimah. Untuk mengelola taman bacaannya, dia mengeluarkan dana pribadi. ”Saya tidak menyesal mengeluarkan dana sendiri, yang penting taman bacaannya berjalan,” ujarnya.

Edi Dimyati, salah satu pendiri taman bacaan Kuartet Cibubur, Jakarta Timur, mengatakan, taman bacaannya tidak sekadar menjadi tempat membaca. Setiap akhir pekan diselenggarakan kegiatan yang bersifat edukatif, seperti permainan, menggambar, menonton film edukatif, dan berkunjung ke museum. (INE) - 24 April 2008

Sunday, April 06, 2008